KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum
warahmatullahi wabarakatuh.
Segala puji bagi
Allah yang telah menolong kami menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan.
Tanpa pertolongan-Nya kami tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.
Shalawat dan Salam semoga tercurahkan kepada baginda tercinta yakni Nabi
Muhammad saw.
Makalah ini
disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “Teori Piaget”, yang kami
sajikan berdasarkan pengetahuan kami dan sumber-sumber lain yang kami jadikan
sebagai referensi. Makalah ini kami susun dengan berbagai rintangan. Baik itu
yang datang dari kami sebagai penyusun maupun yang datang dari luar. Namun
dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah SWT akhirnya makalah
ini dapat terselesaikan.
Dalam penyusunan makalah ini, kami selaku penulis tidak lupa
mengucapkan banyak terima kasih pada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan tugas makalah
ini sehinggga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Dan tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Dosen yang telah memberikan arahan kepada kami.
Semoga makalah
ini dapat memberikan wawasan pengetahuan yang lebih luas kepada pembaca.
Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk
saran dan kritiknya. Sekian dan terima kasih.
Wasslamu’alaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh.
November
2013
Kelompok 3,
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR……………………………………………………………..i
DAFTAR
ISI………………………………………………………………………ii
BAB
I PENDAHULUAN……………………………………………………...…1
1.1. Latar Belakang………………………………………………………..1
1.2. Rumusan Masalah…………………………………………………….1
1.3. Tujuan Penulisan……………………………………………………...2
1.4. Manfaat………………………………………………………………. 2
BAB
II PEMBAHASAN…………………………………………………………3
2.1.
Beberapa konsep dalam teori Piaget..………………………………...3
2.2.
Pengertian belajar menurut piaget……………………………………4
2.3.
Teori belajar menurut Piaget..………………………………………...4
2.4.
Tahap Perkembangan kognitif Piaget.………………………………..5
2.5.
Teori pengetahuan……………………………….…………………..13
2.6.
Implikasi teori Piaget dalam pembelajaran matematika….……….....16
BAB III PENUTUP……………………………………………………………18
3.1.
Kesimpulan…………………………………………………………..18
3.2.
Saran …………………………………………………………………19
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Dalam proses pembelajaran, guru
seringkali dihadapkan pada dinamika yang berkaitan dengan perkembangan peserta
didik. Perubahan-perubahan dan perkembangan yang terjadi pada peserta didik ini
harus mendapat perhatian dari guru, karena dengan ini guru dapat
memilih strategipembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta
didik yang terlibat dalam proses pembelajaran. Ada banyak teori –teori belajar
dan teori perkembangan moral serta implementasinya dalam
pembelajaran, salah satunya yaitu teori yang dikemukakan oleh Piaget. Piaget
mempunyai nama lengkap Jean Piaget lahir di Swiss tepatnya di Neuchatel pada
tahun 1896. Dalam teorinya Piaget mengemukakan bahwa secara umum semua anak
berkembang melalui urutan yang sama, meski jenis dan tingkat pengalaman mereka
berbeda satu sama lainnya. Perkembangan mental anak terjadi secara bertahap
dari tahap yang satu ke tahap yang lebih tinggi. Semua perubahan yang terjadi
pada setiap tahap tersebut merupakan kondisi yang diperlukan untuk mengubah
atau meningkatkan tahap perkembangan moral berikutnya. Melihat dari masalah itu
kami dari penulis mencoba untuk membahas tentang teori belajar menurut Piaget.
Tidak terlepas dari hal ini semoga makalah ini bisa membantu kesulitan
teman-teman dalam memahami tentang teori belajar menurut Piaget.
1.2.
Rumusan Masalah
Dari latar
belakang tersebut, maka dalam makalah ini, kami akan membahas mengenai beberapa
masalah, antara lain :
1)
Bagaimana konsep dalam teori Piaget?
2)
Apa yang dimaksud belajar menurut Piaget?
3)
Bagaimana teori belajar menurut Piaget?
4)
Bagaimana tahap-tahap perkembangan kognitif Piaget?
5)
Bagaimana mengenai teori pengetahuan?
6)
Bagaimana implikasi teori Piaget dalam pembelajaran matematika?
1.3.
Tujuan
Berdasarkan
rumusan masalah di atas, maka ada beberapa tujuan yang dapat kita cantumkan
dalam makalah ini, di antaranya adalah:
1)
Menjelaskan konsep-konsep dalam teori Piaget.
2)
Menjelaskan pengertian belajar menurut Piaget.
3)
Menjelaskan teori belajar menurut Piaget.
4)
Menjelaskan tahap-tahap perkembangan kognitif Piaget.
5)
Menjelaskan teori pengetahuan.
6)
Menjelaskan implikasi teori Piaget dalam pembelajaran matematika.
1.4.
Manfaat
Sesuai dengan
rumusan masalah dan tujuan penulisan makalah ini, maka tentunya kita dapat mengambil
manfaat dari makalah ini, diantaranya adalah:
1)
Mengetahui tentang konsep-konsep dalam teori Piaget.
2)
Mengetahui pengertian belajar menurut Piaget.
3)
Dapat mengetahui teori belajar menurut Piaget.
4)
Dapat mengetahui tahap-tahap perkembangan kognitif Piaget.
5)
Mengetahui teori pengetahuan.
6)
Dapat mengetahu implikasi
teori Piaget dalam pembelajaran matematika
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1.
Beberapa Konsep dalam Teori Piaget.
Ada beberapa
konsep yang perlu dimengerti agar lebih mudah memahami teori perkembangan
kognitif atau teori perkembangan Piaget, yaitu;
a.
Intelegensi
Piaget mengartikan intelegensi secara lebih luas, juga tidak
mendefinisikan secara ketat. Ia memberikan definisi umum yang lebih mengungkap
orientasi biologis. Menurutnya, intelegensi adalah suatu bentuk ekuilibrium
kearah mana semua struktur yang menghasilkan persepsi, kebiasaan, dan mekanisme
sensiomotor diarahkan. (Piaget dalam DR. P. Suparno,2001:19).
b.
Organisasi
Organisasi
adalah suatu tendensi yang umum untuk semua bentuk kehidupan guna
mengintegrasikan struktur, baik yang psikis ataupun fisiologis dalam suatu
sistem yang lebih tinggi.
c.
Skema
Skema
adalah suatu struktur mental seseorang dimana ia secara intelektual beradaptasi
dengan lingkungan sekitarnya. Skema akan beradaptasi dan berubah selama
perkembangan kognitif seseorang.
d.
Asimilasi
Asimilasi
adalah proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep atau
pengalaman baru kedalam skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya.
e.
Akomodasi.
Akomodasi
adalah pembentukan skema baru atau mengubah skema lama sehingga cocok dengan
rangsangan yang baru, atau memodifikasi skema yang ada sehingga cocok dengan
rangsangan yang ada.
f.
Ekuilibrasi.
Ekuilibrasi
adalah keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi sedangkan diskuilibrasi
adalah keadaan dimana tidak seimbangnya antara proses asimilasi dan akomodasi,
ekuilibrasi dapat membuat seseorang menyatukan pengalaman luar dengan struktur
dalamnya.
2.2.
Pengertian Belajar Menurut Piaget
Menurut Piaget, bahwa belajar akan
lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta
didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen
dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan
dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan
rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara
aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan
Menurut
Piaget pengetahuan (knowledge) adalah interaksi yang terus menerus antara
individu dengan lingkungan. Fokus perkembangan kognitif Piaget adalah
perkembangan secara alami fikiran pebelajar mulai anak-anak sampai dewasa.
Konsepsi perkembangan kognitif Piaget, duturunkan dari analisa perkembangan
biologi organisme tertentu. Menurut Piaget, intelegen (IQ=kecerdasan) adalah
seperti sistem kehidupan lainnya, yaitu proses adaptasi.
2.3.
Teori Belajar menurut Piaget
Pendapat Piaget
mengenai perkembangan proses belajar pada anak-anak adalah:
a.
Anak mempunyai struktur mental yang berbeda dengan orang dewasa.
Mereka bukan merupakan orang dewasa dalam bentuk anak kecil, mereka mempunyai
cara yang khas ntuk menyatakan kenyataan dan untuk menghayati dunia sekitarnya.
Maka memerlukan pelayanan tersendiri dalam belajar.
b.
Perkembangan mental pada anak melalui tahap-tahap tertentu, menurut
suatu urutan yang sama bagi semua anak.
c.
Walaupun berlangsungnya tahap-tahap perkembangan itu melalui suatu
urutan tertentu tetapi jangka waktu untuk berlatih dari satu tahap ke tahap
yang lain tidaklah selalu sama pada setiap anak.
d.
Perkembangan mental anak dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu:
1)
Kemasakan
2)
Pengalaman
3)
Interaksi Sosial
4)
Equilibration (proses dari ketiga faktor di atas bersama-sama untuk
membangun dan memperbaiki struktur mental)
e.
Ada 4 tahap perkembangan yaitu:
1)
Tahap Sensori motor (0-2,0 tahun)
2)
Tahap Pre operasional (2,0-7,0 tahun)
3)
Tahap konkret (7,0-11,0 tahun)
4)
Tahap operasi formal (11,0-dewasa)
2.4.
Tahap Perkembangan Kognitif Piaget
Tahap
perkembangan intelektual anak secara kronologis terjadi 4 tahap. Urutan
tahap-tahap ini tetap bagi setiap orang, akan tetapi usia kronologis memasuki
setiap tahap bervariasi pada setiap anak. Keempat tahap dimaksud adalah sebagai
berikut:
a.
Tahap sensorimotor : umur 0 – 2 tahun.
(Ciri
pokok perkembangannya anak mengalami dunianya melalui gerak dan inderanya serta
mempelajari permanensi obyek)
Tahap paling
awal perkembangan kognitif terjadi pada waktu bayi lahir sampai sekitar berumur
2 tahun. Tahap ini disebut tahap sensorimotor oleh Piaget. Pada tahap
sensorimotor, intelegensi anak lebih didasarkan pada tindakan inderawi anak
terhadapt lingkungannya, seperti melihat, meraba, menjamak, mendengar, membau
dan lain-lain. Pada tahap sensorimotor, gagasan anak mengenai suatu benda berkembang
dari periode “belum mempunyai gagasan” menjadi “ sudah mempunyai gagasan”.
Gagasan
mengenai benda sangat berkaitan dengan konsep anak tentang ruang dan waktu yang
juga belum terakomodasi dengan baik. Struktur ruang dan waktu belum jelas dan
masih terpotong-potong, belum dapat disistematisir dan diurutkan dengan logis. Menurut
Piaget, mekanisme perkembangan sensorimotor ini menggunakan proses asimilasi
dan akomodasi. Tahap-tahap perkembangan kognitif anak dikembangkan dengan
perlahan-lahan melalui proses asimilasi dan akomodasi terhadap skema-skema anak
karena adanya masukan, rangsangan, atau kontak dengan pengalaman dan situasi
yang baru.
Piaget membagi
tahap sensorimotor dalam enam periode, yaitu:
1)
Periode 1 : Refleks (umur 0 – 1 bulan)
Periode paling awal tahap sensorimotor adalah periode refleks. Ini
berkembang sejak bayi lahir sampai sekitar berumur 1 bulan. Pada periode ini,
tingkah laku bayi kebanyak bersifat refleks, spontan, tidak disengaja, dan
tidak terbedakan. Tindakan seorang bayi didasarkan pada adanya rangsangan dari
luar yang ditanggapi secara refleks. Refleks yang paling jelas pada periode ini
adalah refleks menghisap (bayi otomatis menghisap kapanpun bibir mereka
disentuh) dan refleks mengarahkan kepala pada sumber rangsangan secara lebih
tepat dan terarah. Misalnya jika pipi kanannya disentuh, maka ia akan
menggerakkan kepala kearah kanan.
2)
Periode 2 : Kebiasaan (umur 1 – 4 bulan)
Pada periode perkembangan ini, bayi mulai membentuk
kebiasan-kebiasaan pertama. Kebiasaan dibuat dengan mencoba-coba dan
mengulang-ngulang suatu tindakan. Refleks-refleks yang dibuat diasimilasikan
dengan skema yang telah dimiliki dan menjadi semacam kebiasaan, terlebih dari
refleks tersebut menghasilkan sesuatu. Pada periode ini, seorang bayi mulai
membedakan benda-benda di dekatnya. Ia mulai mengaakan diferensiasi akan
macam-macam benda yang dipegangnya. Pada periode ini pula, koordinasi tindakan
bayi mulai berkembang dengan penggunaan mata dan telinga. Bayi mulai mengikuti
benda yang bergerak dengan matanya. Ia juga mulai menggerakkan kepala kesumber
suara yang ia dengar. Suara dan penglihatan bekerja bersama. Ini merupakan
suatu tahap penting untuk menumbuhkan konsep benda.
3)
Periode 3 : Reproduksi kejadian yang menarik (umur 4 – 8 bulan)
Pada periode ini, seorang bayi mulai menjamah dan memanipulasi
objek apapun yang ada di sekitarnya (Piaget dan Inhelder 1969). Tingkah laku
bayi semakin berorientasi pada objek dan kejadian di luar tubuhnya sendiri. Ia
menunjukkan koordinasi antara penglihatan dan rasa jamah. Pada periode ini,
seorang bayi juga menciptakan kembali kejadian kejadian yang menarik baginya.
Ia mencoba menghadirkan dan mengulang kembali peristiwa yang menyenangkan diri
(reaksi sirkuler sekunder). Piaget mengamati bahwa bila seorang anak dihadapkan
pada sebuah benda yang dikenal, seringkali hanya menunjukkan reaksi singkat dan
tidak mau memperhatikan agak lama. Oleh Piaget, ini diartikan sebagai suatu
“pengiaan” akan arti benda itu seakan ia mengetahuinya.
4)
Periode 4 : Koordinasi Skemata (umur 8 – 12 bulan)
Pada periode ini, seorang bayi mulai membedakan antara sarana dan
hasil tindakannya. Ia sudah mulai menggunakan sarana untuk mencapai suatu hasil.
Sarana-sarana yang digunakan untuk mencapai tujuan atau hasil diperoleh dari
koordinasi skema-skema yang telah ia ketahui. Bayi mulai mempunyai kemampuan
untuk menyatukan tingkah laku yang sebelumnya telah diperoleh untuk mencapai
tujuan tertentu. Pada periode ini, seorang bayi mulai membentuk konsep tentang
tetapnya (permanensi) suatu benda. Dari kenyataan bahwa dari seorang bayi dapat
mencari benda yang tersembunyi, tampak bahwa ini mulai mempunyaikonsep tentang
ruang.
5)
Periode 5 : Eksperimen (umur 12 – 18 bulan)
Unsur pokok pada perode ini adalah mulainya anak memperkembangkan
cara-cara baru untuk mencapai tujuan dengan cara mencoba-coba (eksperimen) bila
dihadapkan pada suatu persoalan yang tidak dipecahkan dengan skema yang ada,
anak akan mulai mecoba-coba dengan Trial and Error untuk menemukan cara yang
baru guna memecahkan persoalan tersebut atau dengan kata lain ia mencoba
mengembangkan skema yang baru. Pada periode ini, anak lebih mengamati
benda-benda disekitarnya dan mengamati bagaimana benda-benda di sekitarnya
bertingkah laku dalam situasi yang baru. Menurut Piaget, tingkah anak ini
menjadi intelegensi sewaktu ia menemukan kemampuan untuk memecahkan persoalan
yang baru. Pada periode ini pula, konsep anak akan benda mulai maju dan lengkap.
Tentang keruangan anak mulai mempertimbangkan organisasi perpindahan
benda-benda secara menyeluruh bila benda-benda itu dapat dilihat secara
serentak.
6)
Periode Refresentasi (umur 18 – 24 bulan)
Periode ini adalah periode terakhir pada tahap intelegensi sensorimotor.
Seorang anak sudah mulai dapat menemukan cara-cara baru yang tidak hanya
berdasarkan rabaan fisis dan eksternal, tetap juga dengan koordinasi internal
dalam gambarannya. Pada periode ini, anak berpindah dari periode intelegensi
sensori motor ke intelegensi refresentatif. Secara mental, seorang anak mulai
dapat menggambarkan suatu benda dan kejadian, dan dapat menyelesaikan suatu
persoalan dengan gambaran tersebut. Konsep benda pada tahap ini sudah maju,
refresentasi ini membiarkan anak untuk mencari dan menemukan objek-objek yang
tersembunyi. Sedangkan konsep keruangan, anak mulai sadar akan gerakan suatu
benda sehingga dapat mencarinya secara masuk akal bila benda itu tidak kelihatan
lagi.
Adapun arakteristik
anak yang berada pada tahap ini adalah sebagai berikut:
1)
Berfikir melalui perbuatan (gerak)
2)
Perkembangan fisik yang dapat diamati adalah gerak-gerak refleks
sampai ia dapat berjalan dan bicara.
3)
Belajar mengkoordinasi akal dan geraknya.
4)
Cenderung intuitif egosentris, tidak rasional dan tidak logis.
b.
Tahap Pra operasional : umur 2 -7 tahun.
(Ciri
pokok perkembangannya adalah penggunaan symbol/bahasa tanda dan konsep
intuitif)
Istilah
“operasi” di sini adalah suatu proses berfikir logik, dan merupakan aktivitas
sensorimotor. Dalam tahap ini anak sangat egosentris, mereka sulit me nerima pendapat orang lain. Anak
percaya bahwa apa yang mereka pikirkan dan alami juga menjadi pikiran dan
pengalaman orang lain. Mereka percaya bahwa benda yang tidak bernyawa mempunyai
sifat bernyawa.
Tahap pra
operasional ini dapat dibedakan atas dua bagian.
1)
Tahap pra konseptual (2-4 tahun), dimana representasi suatu objek
dinyatakan dengan bahasa, gambar dan permainan khayalan.
2)
Tahap intuitif (4-7 tahun). Pada tahap ini representasi suatu objek
didasarkan pada persepsi pengalaman sendiri, tidak kepada penalaran.
Karakteristik
anak pada tahap ini adalah sebagai berikut:
1)
Anak dapat mengaitkan pengalaman yang ada di lingkungan bermainnya
dengan pengalaman pribadinya, dan karenanya ia menjadi egois. Anak tidak rela
bila barang miliknya dipegang oleh orang lain.
2)
Anak belum memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah yang
membutuhkan pemikiran “yang dapat dibalik (reversible).” Pikiran mereka masih
bersifat irreversible.
3)
Anak belum mampu melihat dua aspek dari satu objek atau situasi
sekaligus, dan belum mampu bernalar (reasoning) secara individu dan deduktif.
4)
Anak bernalar secara transduktif (dari khusus ke khusus). Anak juga
belum mampu membedakan antara fakta dan fantasi. Kadang-kadang anak seperti
berbohong. Ini terjadi karena anak belum mampu memisahkan kejadian sebenarnya
dengan imajinasi mereka.
5)
Anak belum memiliki konsep kekekalan (kuantitas, materi, luas,
berat dan isi). Menjelang akhir tahap ini, anak mampu memberi alasan mengenai
apa yang mereka percayai. Anak dapat mengklasifikasikan objek ke dalam kelompok
yang hanya mempunyai satu sifat tertentu dan telah mulai mengerti konsep yang
konkrit.
c.
Tahap operasi kongkret : umur 7 – 11/12 tahun.
(Ciri
pokok perkembangannya anak mulai berpikir secara logis tentang
kejadian-kejadian konkret)
Tahap operasi
konkret (concrete operations) dicirikan dengan perkembangan sistem pemikiran
yang didasarkan pada aturan-aturan tertentu yang logis. Anak sudah
memperkembangkan operasi-oprasi logis. Operasi itu bersifat reversible, artinya
dapat dimengerti dalam dua arah, yaitu suatu pemikiran yang dapat dikemblikan
kepada awalnya lagi. Tahap opersi konkret dapat ditandai dengan adanya sistem
operasi berdasarkan apa-apa yang kelihatan nyata/konkret.
Ciri-ciri
operasi konkret yang lain, yaitu:
1)
Adaptasi dengan gambaran yang menyeluruh.
Pada
tahap ini, seorang anak mulai dapat menggambarkan secara menyeluruh ingatan,
pengalaman dan objek yang dialami. Menurut Piaget, adaptasi dengan lingkungan
disatukan dengan gambaran akan lingkungan itu.
2)
Melihat dari berbagai macam segi.
Anak
mpada tahap ini mulai mulai dapat melihat suatu objek atau persoalan secara
sediki menyeluruh dengan melihat apek-aspeknya. Ia tidak hanya memusatkan pada
titik tertentu, tetapi dapat bersam-sam mengamati titik-titik yang lain dalam
satu waktu yang bersamaan.
3)
Seriasi
Proses
seriasi adalah proses mengatur unsur-unsur menurut semakin besar atau semakin
kecilnya unsur-unsur tersebut. Menurut Piaget , bila seorang anak telah dapat
membuat suatu seriasi maka ia tidak akan mengalami banyak kesulitaan untuk
membuat seriasi selanjutnuya.
4)
Klasifikasi
Menurut
Piaget, bila anak yang berumur 3 tahun dan 12 tahun diberi bermacam-maam objek
dan disuruh membuat klasifikasi yang serupa menjadi satu, ada beberapa
kemungkinan yang terjadi.
5)
Bilangan
Dalam
percobaan Piaget, ternyata anak pada tahap praoperasi konkret belum dapat
mengerti soal korespondensi satu-satu dan kekekalan, namun pada tahap tahap
operasi konkret, anak sudah dapat mengerti soal karespondensi dan kekekalan
dengan baik. Dengan perkembangan ini berarti konsep tentang bilangan bagi anak
telah berkembang.
6)
Ruang, waktu, dan kecepatan
Pada
umur 7 atau 8 tahun seorang anak sudah mengerti tentang urutan ruang dengan
melihat intervaj jarak suatu benda. Pada umur 8 tahun anak sudan sudah sapat
mengerti relasi urutan waktu dan jug akoordinasi dengamn waktu, dan pada umur
10 atau 11 tahun, anak sadar akan konsep waktu dan kecepatan.
7)
Probabilitas
Pada
tahap ini, pengertian probabilitas sebagai suatu perbandingan antara hal yang
terjadi dengan kasus-kasus yang mulai terbentuk.
8)
Penalaran
Dalam
pembicaraan sehari-hari, anak pada tahap ini jarang berbicara dengan suatu
alasan,tetapi lebih mengatakan apa yang terjadi. Pada tahap ini, menurut Piaget
masih ada kesulitan dalam melihat persoalan secara menyeluruh.
9)
Egosentrisme dan Sosialisme.
Pada
tahap ini, anak sudah tidak begitu egosentris dalam pemikirannya. Ia sadar
bahwa orang lain dapat mempunyai pikiran lain.
d.
Tahap operasi formal: umur 11/12 ke atas.
(Ciri
pokok perkembangannya adalah hipotesis, abstrak, dan logis)
Tahap operasi
formal (formal operations) merupakan tahap terakhir dalam perkembangan kognitif
menurut Piaget. Pada tahap ini, seorang remaja sudah dapat berpikir logis,
berpikir dengan pemikiran teoritis formal berdasarkan proposisi-proposisi dan
hipotesis, dan dapat mengambil kesimpulan lepas dari apa yang dapat diamati
saat itu. Cara berpikir yang abstrak mulai dimengerti. Sifat pokok tahap
operasi formal adalah pemikiran deduktif hipotesis, induktif sintifik, dan
abstrak reflektif.
1)
Pemikiran Deduktif Hipotesis
Pemikiran
deduktif adalah pemikiran yang menarik kesimpulan yang spesifik dari sesuatu
yang umum. Kesimpulan benar hanya jika premis-premis yang dipakai dalam
pengambilan keputusan benar. Alasan deduktif hipotesis adalah
alasan/argumentasi yang berkaitan dengan kesimpulan yang ditarik dari
premis-premis yang masih hipotetis. Jadi, seseorang yang mengambil kesimpulan
dari suatu proposisi yang diasumsikan, tidak perlu berdasarkan dengan kenyataan
yang real. Dalam pemikiran remaja, Piaget dapat mendeteksi adaanya pemikiran
yang logis, meskipun para remaja sendiri pada kenyataannya tidak tahu atau
belum menyadari bahwa cara berpikir mereka itu logis. Dengan kata lain, model
logis itu lebih merupakan hasil kesimpulan Piaget dalam menafsirkan ungkapan remaja,
terlepas dari apakah para remaja sendiri tahu atau tidak.
2)
Pemikiran Induktif Sintifik
Pemikiran
induktif adalah pengambilan kesimpulan yang lebih umum berdasarkan
kejadian-kejadian yang khusus. Pemikiran ini disebut juga dengan metode ilmiah.
Pada tahap pemikiran ini, anak sudah mulai dapat membuat hipotesis, menentukan
eksperimen, menentukan variabel control, mencatat hasi, dan menarik kesimpulan.
Disamping itu mereka sudah dapat memikirkan sejumlah variabel yang berbeda pada
waktu yang sama.
3)
Pemikiran Abstraksi Reflektif
Menurut
Piaget, pemikiran analogi dapat juga diklasifikasikan sebagai abstraksi
reflektif karena pemikiran itu tidak dapat disimpulkan dari pengalaman.
2.5.
Teori Pengetahuan.
Berdasarkan
pengalamannya sejak masa kanak-kanak, Piaget berkesimpulan bahwa setiap makhluk
hidup memang perlu beradaptasi dengan lingkungannya untuk dapat melestarikan
kehidupannya. Manusia adalah makhluk hidup, maka manusia juga harus beradaptasi
dengan lingkungannya. Berdasarkan hal ini, Piaget beranggapan bahwa
perkembangan pemikiran manusia mirip dengan perkembangan biologis, yaitu perlu
beradaptasi dengan lingkungannya.
Piaget
sendiri menyatakan bahwa teori pengetahuannya adalah teori adaptasi pikiran ke
dalam suatu realitas, seperti organisme yang beradaptasi dengan lingkungannya.
a.
Teori Adaptasi Piaget
Menurut Piaget,
mengerti adalah suatu proses adaptasi intelektual dimana pengalaman dan ide
baru diinteraksikan dengan apa yang sudah diketahui untuk membentuk struktur
pengertian yang baru. Setiap orang mempunyai struktur pengetahuan awal (skema)
yang berperan sebagai suatu filter atau fasilitator terhadap berbagai ide dan
pengalaman yang baru. Melalui kontak dengan pengalaman baru,skema dapat
dikembangkan dan diubah, yaitu dengan proses asimilasi dan akomodasi. Skema
seseorang selalu dikembangkan, diperbaharui , bahkan diubah untuk dapat
memahami tanyangan pemikiran dari luar. Proses ini disebut adaptasi pikiran.
b.
Teori Pengetahuan Piaget
Teori
pengetahuan Piaget adalah teori adaptasi kognitif. Dalam pembentukan
pengetahuan , Piaget membedakan tiga macam pengetahuan, yakni:
1)
Pengetahuan fisis adalah pengetahuanakan sifat-sifat fisis suatu
objek atau kejadian, seperti bentuk, besar, berat, serta bagaimana objek itu
berinteraksi dengan yang lain.
2)
Pengetahuan matematis logis adalah pengetahuan yang dibentuk dengan
berpikir tentang pengalaman akan suatu objek atau kejadian tertentu.
3)
Pengetahuan sosial adalah pengetahuan yang didapat dari kelompok
budaya dan sosial yang menyetujui sesuatu secara bersama.
c.
Teori Konstruktivisme
Teori konstruktivisme Piaget menjelaskan bahwa pengetahuan
seseorang adalah bentukan (bentukan) orang itu sendiri. Proses pembentukan
pengetahuan itu terjadi apabila seseorang mengubah atau mengembangkan slkema
yang telah dimiliki dalam berhadapan dengan tantangan, dengan rangsangan atau
persoalan. Teori Piaget seringkali disebut konstruktivisme personal karena
lebih menekankan pada keaktifan pribadi seseorang dalam mengkonstruksikan pengetahuannya.
Terlebih lagi karena Piaget banyak mengadakan penelitian pada proses seorang
anak dalam belajar dan membangun pengetahuannya.
2.6.
Implikasi Teori Piaget Dalam Pembelajaran Matematika.
Teori
kognitif dan teori pengetahuan piaget sangat banyak mempengaruhi bidang
pendidikan, terlebih pendidikan kognitif. Tahap-tahap pemikiran Piaget sudah
cukup lama mempengaruhi bagaimana para pendidik menyusun kurikulum, memilih
metode pengajaran dan juga memilih bahan ajar terutama di sekolah sekolah. Maka
dari karya besar Piaget tersebut dapat diimplementasikan pada proses
pembelajaran disekolah sesuai dengan teori perkembangannya itu sendiri.
Implementasi pada pembelajaran matematika yang akan diterakan berikut hanya
merupakan bentuk sebagian saja sebagai contoh yang cocok untuk pengetahuan dan
pengembangan terhadap materi pembelajaran itu sendiri. Tentu yang terpenting
adalah kesesuaian dengan pemilihan model, pendekatan serta metode dalam
pembelajaran terhadap materi ajar.
Berikut contoh pembelajaran berdasar
pada teori Piaget sesuai tahap perkembangan kognitif anak usia sekolah:
Pokok Bahasan :
Bangun Ruang.
Sub Pokoh
Bahasan : 1. Kubus.
2.
Balok.
3.
Tabung.
4.
Prisma.
5.
Limas.
6.
Kerucut.
7.
Bola.
a.
Pembelajaran di tingkat Taman Kanak-Kanak (TK).
1)
Anak-anak baru hanya diperkenalkan dengan bentuk
2)
Pembahasan hanya terbatas pada sub pokok bahasan yang terlihat kontekstual.
3)
Materi kubus cukup pada
bentuknya, contoh aplikasi sekitar, serta warna jika ada.
4)
Demikian untuk balok, bola dan yang lainnya dengan konsekuensi
siswa mengetahui nama dan bentuknya saja.
Penjelasan;
Anak usia Taman Kanak-Kanak masuk kategori pra operasional pada
perkembangan teori Piaget. Jadi anak-anak hanya mampu melihat gambar dan tidak
berbentuk penalaran atas pengalamannya sendiri.
b.
Pembelajaran ditingkat Sekolah Dasar (SD).
1) Anak sudah
mulai di perkenalkan dengan pendalaman bentuk bangun yang dia ketahui tersebut.
2) Pengelompokan
bangun juga mulai hanya diperkenalkan, bahwa kubus, balok dan yang lainnya
termasuk bangun ruang.
3) Anak-anak juga
berkontekstual dengan bangun-bangun tersebut sehingga ada pemahamannya tentang
apa-apa saja yang terdapat pada bangun itu. Seperti kubus, tentu memiliki panjang,
lebar dan juga tinggi.
4) Keterhubungan
unsur yang dimiliki belum dijelaskan
5) Melanjutkan
pembelajaran dikelas-kelas berikutnya sampai pada operasi-operasi sederhana
yang terdapat pada bangun itu.
Penjelasan;
Sesuai kurikulum pembelajaran tematik bangun ruang ini baru
diperkenalkan dikelas II SD, itu artinya pembelajaran-pembelajaran sebelumnya
tentu masih mengacu pada pra operasional. Dan pada pembelajaran selanjutnya di
SD ini sudah memasuki tahap Operasi Kongkret sesuai teori perkembangan kognitif
Piaget.
c.
Pembelajaran ditingkat Sekolah Menengah (SMP dan SMU).
1)
Anak diajarkan mengetahui bentuk, struktur, dan isi dari
bangun-bangun ruang yang ada.
2)
Tiap-tiap bangun ruang itu anak-anak diminta mengetahui cara
menghitung luas sisi, volume serta bentuk permukaan dengan mengetahui bukaan
dari bangun tersebut.
3)
Aplikasi dengan dunia nyata juga penting dilakukan sebanagi
aplikasi materi yang diajarkan.
4)
Khusus dijenjang SMU hanya diperdalam dengan mengkaji unsur-unsur
yang terdapat pada bangun ruang, disamping mengulangnya kembali pembelajaran
itu.
5)
Pembelajaran di SMU sudah sampai pada tingkat penalaran oleh
pengalaman sendiri.
Penjelasan;
Materi bangun ruang di SMP diajarkan dikelas VII semester 2, itu
artinya erat dengan keterstrukturan materi sebelumnya yang menjadi pendukung
dalam pembelajaran materi ini. Anak diusia ini sudah masuk pada tingkat operasi
formal, sesuai tingkat perkembangan kognitif Piaget.
d.
Pembelajaran di Perguruan Tinggi.
1) Di perguruan
tinggi bangun ruang sudah lebih didalami dalam satu mata kuliah geometri
2) Pendalamannya
lebih dikaji lagi dalam teori Van Hiele.
Penjelasan;
Materi ini siswa/mahasiswa sudah mengandalkan tahap deduktif,
induktif, hipotesis dan logis. Tetapi tahap perkembangannya tetap berada pada
operasi formal sesuai tingkat kognitif Piaget.
BAB
III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Ada beberapa
konsep yang perlu dimengerti agar lebih mudah memahami teori perkembangan
kognitif atau teori perkembangan Piaget, yaitu; Intelegensi, Organisasi,
Skema, Asimilasi, Akomodasi, dan Ekuilibrasi.
Menurut Piaget,
bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan
kognitif peserta didik.
Pendapat Piaget
mengenai perkembangan proses belajar pada anak-anak adalah:
a.
Anak mempunyai struktur mental yang berbeda dengan orang dewasa.
b.
Perkembangan mental pada anak melalui tahap-tahap tertentu, menurut
suatu urutan yang sama bagi semua anak.
c.
Walaupun berlangsungnya tahap-tahap perkembangan itu melalui suatu
urutan tertentu tetapi jangka waktu untuk berlatih dari satu tahap ke tahap
yang lain tidaklah selalu sama pada setiap anak.
Adapun Tahap Perkembangan Kognitif Piaget
a.
Tahap sensorimotor : umur 0 – 2 tahun.
(Ciri
pokok perkembangannya anak mengalami dunianya melalui gerak dan inderanya serta
mempelajari permanensi obyek)
b.
Tahap Pra operasional : umur 2 -7 tahun.
(Ciri
pokok perkembangannya adalah penggunaan symbol/bahasa tanda dan konsep
intuitif)
c.
Tahap operasi kongkret : umur 7 – 11/12 tahun.
(Ciri
pokok perkembangannya anak mulai berpikir secara logis tentang
kejadian-kejadian konkret)
d.
Tahap operasi formal: umur 11/12 ke atas.
(Ciri
pokok perkembangannya adalah hipotesis, abstrak, dan logis)
Berdasarkan pengalamannya sejak masa
kanak-kanak, Piaget berkesimpulan bahwa setiap makhluk hidup memang perlu
beradaptasi dengan lingkungannya untuk dapat melestarikan kehidupannya.
Dengan demikian guru bisa memberikan
perlakuan yang tepat bagi siswanya, misalnya dalam memilih cara penyampaian
materi bagi siswa, penyediaan alat-alat peraga dan sebagainya, sesuai dengan
tahap perkembangan kemampuan berpikir yang dimiliki oleh siswa masing-masing.
Guru perlu mencermati apakah simbol-simbol matematika yang digunakan guru dalam
mengajar cukup mudah dipahami siswa, dengan mengingat tingkat kemampuan
berpikir yang dimiliki oleh masing-masing siswa.
3.2.
Saran
Kami
selaku penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan
tentunya banyak sekali kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Hal ini
disebabkan karena masih terbatasnya kemampuan kami. Oleh karena itu, kami
selaku penyusun makalah ini sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun. Kami juga mengharapkan makalah ini sangat bermanfaat untuk kami
khususnya dan pembaca pada umumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar